Kamis, 09 Februari 2017

Saudaraku sesama muslim.
Ketika saya (penulis) masih remaja, ketika itu sekitar tahun enam puluhan, saya sudah sering diajak oleh teman sepermainan, seorang (Jama’ah) keturunan Arab bangsawan (Sayyid) yang saya dan teman-teman lain memanggilnya dengan sebutan Habib Namy Muhammad Abdullah. (Alhamdulillah sekarang beliau masih sehat wal’afiat, pensiunan karyawan PT DAMRI dan berdomisili di daerah Cipinang Muara, Jakarta Timur). Ketika itu Habib Namy sering mengajak saya hadir di pengajian-pengajian (Majlis-majlis Taklim, Mudzakarah, Dzikir, majlis Ilmu atau pun pada setiap ada acara Tablik Akbar). Saudaraku, sejak ketika itu (sekitar tahun enam puluh) saya sering mendengar dari para Kyai, Ustad, Mubaligh, akan kepahlawanan umat demi membela agama yang diridho’i (diterima) disisi Allah SWT yaitu agama Islam. Akan bagaimana kecintaan umat kepada junjungannya (junjungan umat), Rasulullah SAW. Cinta kepada Rasul yang melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, anaknya, bapaknya bahkan kepada ibu kandungnya sekalipun. Untuk membela agama yang haq (Islam), untuk tegaknya kalimat Laa ilaaha illallah dan untuk membantu perjuangan Rasulullah SAW, maka terjun ke medan pertempuran untuk berperang melawan kaum kafir adalah sebuah tugas suci yang di dambakan. Kesadaran umat begitu tinggi bahwa berjihad adalah sebuah perbuatan amal yang terbaik bahkan lebih baik daripada mendapatkan keuntungan dunia seisinya. Sehingga di medan pertempuran nyawa terputus tertebas pedang musuh dianggap adalah sebagai suatu kehormatan, karena melakukan perang sabil dan gugur pada ghazwah (peperangan di masa Nabi dan dipimpin oleh Nabi) ia termasuk sebagai Suhada. Subhanallah !
            Sebuah riwayat yang pernah disampaikan oleh beberapa orang Mubaligh pada ketika itu (tahun enam puluhan) sampai sekarang ini masih teringat jelas oleh saya bahkan seolah seakan selalu terngiang dikedua telinga saya, begini :
            “Di zaman Rasulullah SAW hidup seorang wanita bernama ibu Nasibah beserta keluarganya. Ketika itu Islam sedang mendapat tekanan-tekanan dari kaum Kafir dan perang terbuka pun tidak dapat dihindari. Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan jihad, sebab jihad ini merupakan amal yang sangat utama dan dicintai Allah. Dari pasukan (Islam) yang dipimpin sendiri oleh Rasulullah SAWsebagai Panglima perangnya dikeluarkan Pengumuman (semacam wajib militer) bagi orang laki-laki muslim guna bergabung dengan pasukan Rasulullah untuk berperang melawan kaum kafir. Seorang hulubalang mendatangi rumah ibu Nasibah dan memberitahukan wajib militer tersebut. Keluarga ibu Nasibah adalah keluarga muslim sejati. Mengetahui Islam membutuhkan prajurit (personal perang) secara serta merta ia mengatakan kepada hulubalang bahwa suaminya siap diberangkatkan ke medan pertempuran untuk berperang melawan kaum kafir. Saudaraku, keesokan harinya, sore hari (setelah dibunyikan terompet sebagai tanda perang berhenti sementara, untuk istirahat dan yang dilanjutkan lagi esok paginya). Sang hulubalang yang kemarin datang ke rumah ibu Nasibah datang memberitahukan kepada ibu Nasibah bahwa suami ibu Nasibah gugur di medan pertempuran. Mendengar berita duka cita ini, sang hulubalang tidak melihat perubahan apa-apa pada wajah ibu Nasibah. Ia nampak tenang-tenang saja, tidak nampak sedih, tidak setetes air mata pun keluar dari kedua mata ibu Nasibah. Bahkan dengan suara mantap ibu Nasibah berkata kepada hulubalang :
            “Baiklah hulubalang, terima kasih kau telah mengabarkan kepadaku akan gugurnya suamiku. Besok aku akan mengirim anak tertua aku guna bergabung dengan pasukan Islam untuk berperang melawan kaum kafir.”
            Saudaraku, keesokan harinya, sore hari kembali hulubalang mendatangi rumah ibu Nasibah.
“Assalamu’alaikum, wahai ibu Nasibah.”
“Wa’alaikumsalam, wahai hulubalang. Gerangan kabar apa yang kamu bawa untuk kami ?”
“Aku datang mengabarkan bahwa putra tertua kamu telah gugur sebagai prajurit di medan pertempuran.’
Seperti kemarin, mendengar berita duka cita ini, sang hulubalang tidak melihat kesedihan, tidak melihat air mata pada wajah ibu Nasibah. Kembali dengan suara mantap ibu Nasibah berkata :
            “Baiklah hulubalang, terima kasih untuk khabar itu, esok pagi saya akan mengirim putra kedua saya untuk bergabung dengan pasukan Rasulullah.”
            Keesokan harinya, sore hari hulubalang kembali mendatangi rumah ibu Nasibah dan memberitahukan bahwa putra kedua ibu Nasibah gugur di medan pertempuran. Lagi-lagi hulubalang tidak melihat kesedihan pada wajah ibu Nasibah dan seperti biasa dengan tenang ia menjanjikan esok paginya akan mengirim putra ketiganya.
            Begitulah saudaraku, putra ketiga ibu Nasibah juga gugur sebagai Suhada. Kemudian putra keempat dan kemudian putra kelima dari ibu Nasibah yang juga gugur sebagai Suhada. Ketika hulubalang mengabarkan bahwa putra kelima ibu Nasibah telah gugur, sang hulubalang pun menjadi terheran-heran karena ia melihat kali ini ibu Nasibah kelihatan nampak sedih sekali. Air mata ibu Nasibah menetes membasahi wajah pada kedua pipinya. Karena perasaan herannya hulubalang bertanya :
            “Wahai ibu Nasibah engkau menangis ?”
            “Ya hulubalang, aku menangis.”
            “Engkau sedih karena mendengar berita yang kusampaikan ini ?”
Ibu Nasibah tidak menjawab tetapi ia hanya mengangguk dan kentara sekali kesedihan yang begitu amat sangat pada wajahnya.
“Engkau pilih kasih, engkau tidak adil ibu Nasibah.” kata hulubalang tiba-tiba.
            “Kenapa engkau berkata begitu wahai hulubalang ?” tanya ibu Nasibah tidak mengerti.
             “Ketika aku mengabarkan akan gugurnya suamimu, kemudian putra pertamamu, putra kedua, putra ketiga dan gugurnya putra keempatmu, aku tidak melihat sedikit pun kesedihan pada wajahmu bahkan aku tidak melihat setetes pun air matamu keluar. Tetapi ketika mendengar putra yang kelima gugur, engkau begitu sedih, begitu berduka, air matamu pun membanjir keluar. Bukankah ini engkau telah pilih kasih dan bukankah ini engkau telah berlaku tidak adil terhadap putra-putra mu yang lain ?”
            “Wahai hulubalang, ketahuilah bahwa aku bersedih, aku berduka dan aku mengeluarkan air mata, bukan karena gugurnya putraku yang kelima. Tetapi hulubalang, aku sangat sedih karena dari keluargaku sekarang sudah tidak ada lagi yang akan bergabung dengan pasukan Rasululllah untuk maju ke medan perang membela Islam. Aku bersedih karena aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi untuk membantu perjuangan Rasulullah SAW. Tetapi wahai hulubalang, tolong sampaikan salamku kepada Rasulullah, demi cintaku kepada junjunganku, Rasulullah SAW, besok pagi aku sendiri yang akan bergabung dengan pasukan dan aku akan terjun ke medan pertempuran untuk membela Islam.”
            Saudaraku, esok harinya terlihat di medan pertempuran, ibu Nasibah dengan pedang terhunus mengamuk bagai seekor singa betina. Pedang ibu Nasibah diayunkan ke kanan, di ayunkan ke kiri, menebas putus tangan dan kaki musuh, menghantam, menusuk tubuh lawannya, entah sudah berapa banyak pedang ibu Nasibah membunuh musuh hingga suatu ketika yang pada akhirnya pedang-pedang musuh pun berhasil menebas putus kedua tangan ibu Nasibah dan pedang ditangan singa betina itu jatuh ke tanah bersamaan dengan terhuyung-huyungnya tubuh ibu Nasibah jatuh tersungkur, sementara pertempuran berjalan terus.
            Saudaraku, sore hari setelah terompet dibunyikan sebagai tanda pertempuran dihentikan untuk istirahat dan dilanjutkan perang esok pagi. Satu Tim Palang Merah dari pasukan kaum muslimin menemukan sosok prajurit yang menggeletak dengan tubuh berlumuran darah tanpa kedua tangan, diduga kedua tangan  prajurit ini putus tertebas pedang-pedang musuh. Ketika tim Palang Merah hendak menolongnya bersamaan dengan itu si prajurit siuman dari pingsannya, ternyata dia adalah ibu Nasibah. Hulubalang yang kebetulan ikut dengan tim penolong ini mengenali ibu Nasibah dan langsung menghampiri ibu Nasibah tetapi sebelum sempat hulubalang berkata apa-apa, ibu Nasibah langsung bertanya kepadanya :
            “Wahai hulubalang, bagaimana keadaan Rasulullah SAW ? Apakah beliau tidak apa-apa? Apakah beliau selamat ?”
            Subhanallah ! Allahu Akbar ! Begitu ibu Nasibah siuman dari pingsannya, ia tidak bertanya bagaimana seluruh tubuhnya terluka dan penuh berlumuran darah atau menanyakan kenapa kedua tangannya terputus, tetapi yang ditanyakan justru bagaimana keselamatan Rasulullah ? Subhanallah ! Benar-benar suatu pertanda iman yang sudah sempurna. Ibu Nasibah lebih mencintai Rasulullah SAW ketimbang dirinya sendiri, suaminya, anak-anaknya bahkan bapak dan ibunya. Ibu Nasibah karena luka-lukanya dan karena terlalu banyaknya darah yang keluar, ia tidak kuasa bertahan dan setelah mengucap dua Kalimat Syahadat, ibu Nasibah pun dengan tenang menghembuskan nafasnya yang terakhir. Innaa Lillahi Wa innaa Ilaihi Roji’uun !
            Sore itu Rasulullah SAW beserta para Sahabat melayat jenazah ibu Nasibah, tiba-tiba semua orang melihat cuaca yang tadinya cerah menjadi gelap, awan pun bergelembung bergumpal-gumpal. Seorang Sahabat bertanya : ”Ya Rasulullah, cuaca yang tadinya cerah, kemudian tiba-tiba saja menjadi gelap, awan pun hitam bergelembung, bergumpal-gumpal. Apakah ini mendung dan suatu pertanda hujan akan turun ?”
            Bersabda Rasulullah SAW : “Ini bukan mendung, ini bukan pertanda hujan akan turun. Tetapi cuaca menjadi gelap, awan hitam tebal bergelembung bergumpal-gumpal, itu adalah ratusanribuan Malaikat yang datang turun ke bumi untuk menjemput roh ibu Nasibah sekeluarga, untuk dibawa naik ke atas langsung masuk ke Syorga.”
            Subhanalllah ! Allahu Akbar !
            Suatu penghormatan besar dari Allah SWT, ratusan, ribuan Malaikat turun ke bumi untuk menjemput roh ibu Nasibah sekeluarga.
            Saudaraku, siapa saja yang membaca (mendengar) riwayat ibu Nasibah ini, tentu hatinya akan tergetar dan kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Siapa yang takut mati kalau untuk membela Islam, untuk cinta kita kepada Allah SWT, untuk cinta kita kepada Rasul ?
            Saudaraku, Islam memang memerintahkan kepada kita (pemeluknya) untuk melaksanakan jihad, sebab jihad adalah merupakan suatu perbuatan amal yang sangat utama dan sangat dicintai Allah. Pahala berjihad Fisabilillah ini adalah berupa syorga. Di dalam Al-Qur’an telah dijanjikan oleh Allah, bahwa orang-orang yang berjihad membela kebenaran, menegakkan agama Allah baik dengan harta ataupun dengan dirinya, termasuk juga memerangi syahwat, artinya memerangi hawa nafsu dari berbuat kejahatan, memerangi hawa nafsu dari berbuat kemaksiatan, akan diberikan ketinggian derajat dan pahala dan Allah SWT berkenan memberikan Rahmat dan Ampunan-Nya dan orang-orang yang demikianlah yang dikatakan dalam tingkatan mukmin sejati, yakni orang-orang yang sempurna imannya.
            Diabad kedua puluh ini kiranya jihad itu tidak mutlak kepada perang phisik adu senjata saja, tetapi berperang melawan hawa nafsu, memerangi hawa nafsu dari berbuat kejahatan, kedzoliman, kemaksiatan atau merangsang kegiatan kesehariannya disibuki dengan mengajar ngaji, pagi, siang,sore dan malam hari sehingga dia tidak berkesempatan banyak untuk bekerja  yang lain dan jadilah ia didalam katagori yang berpenghasilan tidak tetap dan pekerjaan mengajar ngaji yang tidak mengenal waktu ini adalah termasuk jihad fisabilillah, berpuasa hari Senen dan Kamis, bulan (Komariah) dan banyak lagi bermacam-macam perbuatan baik yang termasuk kategori jihad bahkan pergi keluar rumah dengan mengucap Bismillah dan berniat akan bekerja mencari nafkah untuk anak istri, itu juga termasuk jihad. Dan apabila (ketika itu) kita ditakdirkan meninggal dunia maka kita mendapat pahala mati sahid (bukan mati sahid). Sekali lagi bukan mati sahid tetapi mendapat pahala mati sahid.
Saudaraku, kini kita simak Firman-Firman Allah SWT yang termaktub di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadist-hadist Shahih Rasulullah SAW setentang pahala yang tinggi dan begit besar yakni berupa syorga bagi orang-orang yang berjihad Fisabilillah sebagai berikut :
  • Firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur’an :
“Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk  satu drajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala baik (Syorga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (Yaitu) beberapa drajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa : 95 – 96)
  • Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. (Jika kamu berjihad demikian) Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Syorga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Ash-Shaff : 10 -12)
  • Berfirman Allah SWT :
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, (begitu pula ) orang-orang yang memberi tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin) mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal : 74)
  • Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah : 35)
  • Kemudian Firman Nya :
“Berangkatlah maupun dalam keadaan merasa ringan atau merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah : 41)
  • Dan Firman Allah SWT :
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj : 78)
  • Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan nikmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 218)
  • Firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Bolah jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
  • Dari Sahabat Mu’adz dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda :
“Siapa yang perang Fisabilillah selama orang memerah susu unta wajib baginya masuk syorga.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
  • Dari Sahabat Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Di syorga ada seratus drajat (tingkat) yang disediakan oleh Allah untuk para pejuang jihad Fisabilillah, antara tiap dua drajat sejauh antara langit dan bumi.” (HR. Bukhari)
  • Dari Abi ‘Isa Abdurrahman bin Jabir ra berkata, Rasulullah bersabda :
“Tiada kaki seorang hamba yang telah berdebu karena perjuangan jihad Fisabilillah akan tersenturh Api Neraka.” (HR. Bukhari)
  • Dari Sahabat Jabir ra, berkata :
“Seorang bertanya : Ya Rasulullah, dimanakah saya nanti jika terbunuh Fisabilillah ? Jawab Nabi SAW : Di syorga. Maka ia segera membuang beberapa biji kurma yang  masih ada di tangannya, kemudian maju berperang hingga gugur.” (HR. Muslim)
  • Disebutkan di dalam sebuah Hadist Nabi SAW sebagai berikut :
 “Ibnu Mas’ud berkata : “Ya Rasulullah, amal apakah yang lebih disukai oleh Allah SWT ?” Nabi SAW bersabda : “Shalat tepat pada waktunya.” Saya berkata : “Kemudian apakah ?’ Sabda Nabi SAW : “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya : :”Kemudian apakah ?” Nabi SAW bersabda : “Berjihad Fisabilillah (berjuang menegakkan agama Allah). (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Dan di dalam sebuah Hadist Rasul seperti tersebut ini :
 “Dari Abu Dzar ra berkata : “Ya Rasulullah amal apakah yang terutama (terbaik) ?” Nabi SAW bersabda : “Percaya kepada Allah dan berjuang untuk menegakkan agama Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Kemudian di dalam Hadist Nabi SAW berikut ini :
“Dari Sahabat Anas ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Pergi pagi atau senja hari dalam berjuang Fisabilillah, itu lebih baik daripada memperoleh keuntungan dunia seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)         
  • Bersabda Rasulullah SAW :
“Siapa yang minta dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk mati syahid, maka Allah akan menyampaikannya ketingkat orang mati syahid walaupun ia mati diatas ranjangnya.” (HR. Muslim)
  • Dari Abu Hurairah ra berkata :  Rasulullah SAW telah bersabda :
 “Tiada terasa bagi orang-orang yang mati syahid pedihnya pembunuhan itu, melainkan sebagaimana salah satu kamu merasakan sakitnya cubitan.” (HR. Tirmidzi)
  • Nabi SAW bersabda :
“Siapa yang minta mati syahid dengan sungguh-sungguh akan diberinya walaupun ia tidak mati terbunuh.” (HR. Muslim).
  • Dari Anas ra, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada seorang yang telah masuk syorga ingin kembali kedunia meskipun bagaimana besar kekayaannya di dunia, kecuali orang mati syahid, dia ingin kembali ke dunia untuk dibunuh dalam perang Fisabilillah, hingga sepuluh kali. Karena apa yang telah dilihatnya dari kehormatan yang diberikan kepadanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
  • Dari Abdullah bin Amru bin Al-ash ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Allah akan mengampunkan semua dosa orang mati syahid, kecuali hutang. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain : Terbunuh dalam perjuangan Jihad Fisabilillah dapat menebus segala dosa kecuali hutang.
  • Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barang siapa yang berpegang untuk menegakkan kalimat (agama) Allah, maka itu Fisabilillah.” (HR. Bukhori Muslim dan Abu Daud.)
  • Bersabda Rasulullah SAW:
“Sesaat dalam Jihad Fisabilillah lebih baik daripada lima puluh kali haji.” (HR. Dailani).

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

INFO

SAYA MEMBUAT BLOG INI UNTUK MENAMBAH WAWASAN DAN ILMU PENGHETAHUAN TENTANG ISLAM . BAHWA ILMU INI SANGATLAH PENTING UNTUK KALIAN SEMUA DENGAN ILMU INI KALIAN AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Followers

Popular Posts

MAKNA ALLAH SWT

Makna ”Allah SWT”:
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa makna ”Allah SWT” adalah: Allah (Tuhan) yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Sebenarnya, SWT (Subhanahu wa Ta’ala) bukan satu-satunya lafaz yang disertakan oleh ummat Islam setelah lafaz ”Allah”. Masih banyak lagi lafaz-lafaz lain, antara lain:
- ’Azza wa Jalla => Allah ’Azza wa Jalla
- Jalla Jalaluh => Allah Jalla Jalaluh
- Tabaroka wa Ta’ala => Allah Tabaroka wa Ta’ala

Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.

Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam.