Senin, 06 Februari 2017

Hasil gambar untuk sedekah
Ilmu ke tujuh untuk menjadi kaya berikut akhir-akhir ini terdengar sangat klise. Disamping mulai banyak ustadz-ustadz di televisi yang mendakwahkannya, di toko buku Gramedia juga mulai banyak buku-buku motivasi dan spiritual yang membahas mengenai hal ini. Akhirnya di internet pun kisah mengenai kekuatan ilmu yang satu ini juga semakin marak.

Ilmu yang ketujuh ini adalah : 

"Siapa Yang Memberi Pasti Menerima"

Semakin Banyak Memberi, Semakin Banyak Menerima

Dalam bahasa agama sering disebut dengan sedekah. Kami yakin ini bukan pertama kalinya Anda mendengar mengenai kekuatan dari ilmu ini. Dan barangkali Anda pun yang membaca artikel ini sudah membuktikan sendiri mengenai kedahsyatan ilmu yang satu ini.

Dalam sebuah buku motivasi karya Jamil Azzaini dan rekan yang berjudul "Kubik Leadership" dijelaskan bahwa di alam semesta ini terdapat hukum kekekalan energi. Energi tidak perrnah hilang, hanya berubah wujud dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Ini yang menjadi salah satu dalil dilihat dari sudut pandang metafisika bahwa jika kita memberi dengan hati yang ikhlas, energi positif dari sedekah dengan hati yang ikhlas tersebut akan terlepas dari kita dan menyebar ke alam semesta sampai akhirnya energi positif itu akan kembali lagi kepada kita suatu saat dengan jumlah yang sama atau lebih besar.

Joe Vitale salah seorang motivator kondang asal Amerika Serikat yang juga menjadi salah satu Guru dari film The Secret yang dulu sempat heboh di beberapa negara termasuk Indonesia bahkan membuat satu buku khusus mengenai kekuatan dari memberi dengan hati yang ikhlas dalam buku yang berjudul "The Greatest Money-Making Secret In History". Dikatakan di buku itu bahwa memberi atau membantu dengan ikhlas bisa dipastikan akan membuat orang yang memberi tersebut semakin banyak menerima, bahkan seringkali jumlah yang diterima adalah lebih banyak. Syarat yang diberikan di sini adalah tidak hanya asal memberi, tapi diperlukan syarat mutlak yaitu perasaan ikhlas ketika memberi. Hal ini berhubungan dengan mekasnisme spiritualias dan metafisika yang memang mensyaratkan apabila kita ingin menerima energi positif lebih banyak maka berikanlah energi positif juga yang banyak pula. Mungkin ada yang bingung dengan penjelasan spiritual dan metafisika, ya kami sendiri tidak ingin menjelaskan lebih lanjut pada postingan ini, pokoknya penjelasan dari Joe Vitale dan Jamil Azzaini ya begitu itu.



Sekarang dari dalil agama Islam bagaimana?

Oh ya sudah pasti ada, dan memang syariat sedekah itu memang mengharuskan ikhlas ketika akan memberi. Karena sedekah itu kan perintah agama, kita memberi karena diperintahkan agama, niatnya ya untuk mematuhi perintah Allah SWT dan Rasul SAW. Dari situ saja sebenarnya kadar spiritual nya sudah sangat tinggi, sehingga wajar apabila ketika kita sedekah dengan ikhlas maka hasilnya kita akan menerima lebih banyak.

Dalil sedekah dari Al-Qur'an diantaranya

 مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (Al Baqarah : 245)

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah : 261)

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Al Baqarah : 262)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Al Baqarah : 264)

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat." (Al Baqarah : 265) 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Al Baqarah : 267) 

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui." (Al Baqarah : 268)

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Baqarah : 271)

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)." (Al Baqarah : 272)

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah : 274)

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (Al Baqarah : 280)
  
Sedangkan dalil dari Hadis antara lain

Dari Abu Hurairah r.a berkata bahawa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : “Sedekah tidak mengurangkan harta. Allah tidak melebihkan seseorang hamba dengan kemaafan-Nya melainkan kemuliaan dan tidak merendahkan diri seseorang melainkan Allah mengangkatnya.” (Muslim, ad-Darimi dan Ahmad)

Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: “Barang siapa bersedekah seberat biji kurma dari usaha yang baik, dan tidak naik (sampai) kepada Allah melainkan yang baik, maka sesungguhnya Allah menyambutnya dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Allah memelihara sedekah itu untuk pemiliknya, sebagaimana seorang kamu memelihara anak-anak kudanya sehingga menjadilah sedekah itu setinggi gunung.” (al-Bukhari dan Muslim)

Dari abu hurairah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, ‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata air itu mengalir di sebuah tempat dimana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata, “Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan di jalan Allah SWT, sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim)

Nabi SAW bersabda,“Seorang wanita pezina telah diampuni dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni dosanya.” Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau SAW menjawab, “Berbuat baik kepada setiap yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq ‘Alaih)

Nabi SAW bersabda, “Bershadaqah pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, silaturahmi dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat.” (HR. Al Hakim)

Allah SWT berfirman (dalam hadits qudsi): “Hai anak adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)

Seorang sahabat bertanya kepada rasulullah SAW, “Shadaqah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi SAW menjawab, “Saat kamu bershadaqah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu ditenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)

Nabi SAW bersabda,“Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.” (HR. Ahmad)

Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bershadaqah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR. Ath Thabrani)

Tiada seorang bershadaqah dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya.” (HR. Ahmad)

Dan masih banyak lagi dalil lainnya. Karena begitu banyak mungkin perlu ada postingan khusus yang isinya hanya tentang dalil mengenai sedekah saja.

Sekarang bagaimana cara memberi yang membuat kita jadi lebih banyak menerima?

Menurut para motivator setidaknya ada 3 syarat. Ya sementara kami nurut saja lah apa kata motivator. Tiga syarat tersebut antara lain :

1. Memberi dengan perasaan positif 

Ini ada kaitannya dengan hukum TEN-FOLD RETURN. Apa itu? Katanya ini adalah hukum yang berlaku di alam semesta, yang mengatakan bahwa "Setiap pemberian kita dikembalikan ke kita berlipat ganda" Maka berhati-hatilah dengan apa yang Anda berikan.

Contohnya begini kalau kita memberi saudara atau teman kita yang membutuhkan sejumlah uang.

Tentu ada perbedaan ketika kita memberi dengan kata-kata yang baik, dan senyuman. Kita justru malah merasa senang dapat membantu orang walaupun kita kehilangan sejumlah uang.

Dengan 

Memberi tapi dengan kata-kata yang tidak enak seperti (ah elu mah inget gue kalo lagi butuh aja; elu mah ngrepotin gua aja bisanya; elu jangan cuman minta-minta aja, sono cari kerja yang bener; dan lain sebagainya), karena dasarnya Anda memang tidak begitu ikhlas. Lalu serahkan uangnya dengan cara melemparnya, atau lemparkan ke mukanya.

Cara yang pertama yang penuh dengan perasaan positif walau Anda kehilangan uang adalah lebih baik nantinya daripada cara yang kedua yang penuh dengan perasaan negatif. Bisa jadi dengan cara yang kedua Anda tidak akan menerima lebih banyak, bahkan bisa jadi menerima sesuatu yang tidak Anda inginkan, walaupun judulnya sama-sama memberi.

Felix Siauw teman saya di kampus dulu memberikan sebuah tips yang ampuh untuk ini.

Tips nya adalah ketika Anda punya kesempatan untuk memberi di depan mata Anda, maka Anda tidak boleh berfikir dua kali untuk memberi. Langsung berikan saja, tanpa perlu menimbang-nimbang apakah Anda akan memberi atau tidak. Karena jika Anda memberikan kesempatan diri Anda untuk berfikir dua kali apakah Anda perlu memberi atau tidak maka hampir pasti Anda tidak jadi memberi.

2. Tidak perlu mengharapkan balasan


Ini adalah alasan yang lagi-lagi masuk ke dalam ranah spiritual. Oleh karenanya buang jauh-jauh logika Anda kalau sudah masuk ke ranah ini. Karena logika materialistik tidak berlaku di sini.

Dalam buku yang ditulis oleh Yusuf Mansur ada kisah yang sangat menarik dan relevan mengenai hal ini. Ada seorang tukang gorengan yang memberi gorengan gratis kepada seorang anak kecil, karena iba dengan anak kecil yang miskin itu. Dia memberi gorengan gratis itu hanya beberapa hari saja, karena setelah itu anak kecil itu tidak nampak lagi di daerah situ.

Lalu selang puluhan tahun kemudian ada seorang pemuda yang datang kepadanya kemudian berterimakasih kepada penjual gorengan yang sudah paruh baya tersebut atas apa yang ia lakukan kepadanya puluhan tahun silam. Lalu sebagai balasannya pemuda yang sudah sukses secara finansial itu memberangkatkan haji pak tua penjual gorengan ini.

Sebuah balasan yang tidak disangka-sangka. Penjual gorengan ini jelas tidak mengharapkan balasan ketika memberi gorengan kepada anak kecil itu beberapa puluh tahun lalu. Apalagi balasan yang begitu besar, jauh lebih besar nilainya daripada sekedar gorengan.

Hukum kekekalan energi, dan hukum ten fold return berlaku di sini.

3. Berikan apa saja yang anda inginkan


Syarat memberi efektif terakhir agar pemberian Anda ampuh membuka lebar-lebar pintu rezeki Anda adalah Anda harus mau memberi tidak hanya uang, tapi apa saja yang Anda inginkan tersebut.

Alurnya itu begini :
"Anda memberi lebih dulu baru Anda mendapat balasannya berlipat-lipat."

Jadi bukan Anda kaya dulu baru Anda bisa memberi dan membantu orang lain, seperti sikap dan cara pandang kebanyakan orang.

"Nanti kalau aku kaya aku akan sedekah.", "Nanti kalau usahaku ini sudah berhasil, aku akan menyantuni anak yatim.", "Kalau aku naik pangkat dan naik gaji, aku akan bayar zakat." dan sebagainya.

Jadi syarat yang ketiga ini kita justru berperilaku sebaliknya.

Anda memberi dahulu, yang dengan itu Anda akan menerima dengan lebih banyak.

Lalu karena balasan berlipat ini, Anda jadi bisa memberi semakin banyak lagi,

Yang kemudian berakibat Anda menerima lebih banyak lagi.

Dan begitu seterusnya.

Apa saja yang harus kita beri? Apapun itu, dari sesuatu yang abstrak dan tidak memerlukan modal antara lain :

Senyuman, kasih sayang, ilmu yang bermanfaat, sumbangsih tenaga, sumbangsih pemikiran, doa, harapan dan kata-kata positif, saran dan nasihat yang baik, dan berbagai macam hal lain yang bisa kita berikan.

Tiga syarat diatas akan menjamin apa yang Anda beri akan kembali kepada Anda, yang artinya Anda akan menerima jauh lebih banyak. Ketika Anda menerima jauh lebih banyak maka berikanlah lebih banyak lagi, maka Anda akan menerima jauh lebih banyak lagi. Begitu saja lingkaran itu berputar-putar, dan semakin Anda banyak memberi maka semakin banyak dan semakin sering Anda menerima.

Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

INFO

SAYA MEMBUAT BLOG INI UNTUK MENAMBAH WAWASAN DAN ILMU PENGHETAHUAN TENTANG ISLAM . BAHWA ILMU INI SANGATLAH PENTING UNTUK KALIAN SEMUA DENGAN ILMU INI KALIAN AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Followers

Popular Posts

MAKNA ALLAH SWT

Makna ”Allah SWT”:
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa makna ”Allah SWT” adalah: Allah (Tuhan) yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Sebenarnya, SWT (Subhanahu wa Ta’ala) bukan satu-satunya lafaz yang disertakan oleh ummat Islam setelah lafaz ”Allah”. Masih banyak lagi lafaz-lafaz lain, antara lain:
- ’Azza wa Jalla => Allah ’Azza wa Jalla
- Jalla Jalaluh => Allah Jalla Jalaluh
- Tabaroka wa Ta’ala => Allah Tabaroka wa Ta’ala

Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.

Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam.