Senin, 30 Januari 2017

Nikah Muda
Melihat 'bocah-bocah' kemarin sore, yang dibilang masih 'bau kencur', dengan rentang usia antara 20-25 tahun, tapi mereka sudah berani jalan berdua dengan istri syahnya. Bahkan, diantara mereka sudah ada yang menggendong satu, dua atau tiga anaknya. Saya merasa, bahwa ini adalah kabar gembira bagi negeri yang mulai merajalela zina di dalamnya. 

Bukan tanpa resiko, jika mereka memilih menikah di usia muda. Tapi, dengan keyakinan pada Allah dan Rasul yang memerintahkan mereka untuk menggenapkan separuh din-Nya itu, mereka mengambil lompatan besar di tengah kampanye mainstream yang tak lagi beralasan; menunda nikah hanya karena belum usia 25 tahun, atau cukup dengan dua anak saja sebagai wujud perencanaan keluarga yang matang. 

Bukan hal yang mudah pula, jika kemudian mereka menempuh jalan yang semakin menikung, terjal, tanjakan tajam dan juga turunan hebat. Karena mengatur diri saja sudah menjadi hal yang teramat susah, bagaimana dengan mengatur istri yang anaknya orang lain itu? Belum lagi aneka persoalan, mulai dari komunikasi, keuangan dan setumpuk masalah yang pasti hadir menghiasi romantika pasangan yang baru mekar itu? 

Belum lagi, dengan rangkaian proses sosialisasi, baik terhadap masyarakat sekitar. Juga keluarga baru kedua belah pihak pasangan; bapak dan ibu mertua, kakak dan adik ipar, dan keluarga besar keduanya. 

Tentu, ini hal yang sangat kompleks. Dan saya yakin, tak akan selesai dibahas dalam buku, setebal apapun, kecuali satu hal; keberanian untuk terjun di dalamnya. 

Hal ini, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar keyakinannya kepada Allah. Bahwa Dialah yang memerintahkan menikah, maka Dia sudah barang tentu memiliki banyak solusi jika di tengah perjalanan terjadi onak dan badai. 

Maka, untuk mereka, guru kehidupan yang mengambil lompatan langkah seribu dengan menikah di usia muda, saya ucap ta'dhim, "Barokallahu lakum, wa baroka 'alaikum. Wa jama'a bainakum fii khoir. Semoga Allah berkahi untuk kalian semua, semoga Allah berkahi atas kalian semua. Dan semoga kalian dikumpulkan dalam kebaikan. "

Kelak, dari mereka-mereka ini, setidaknya kita belajar tentang satu kaidah; Jika kita melakukan sesuatu karena Allah, maka yakinlah! Allah akan memberikan balasan terbaik atas apa yang kita lakukan. 

Dari mereka pula, kita memahami, bahwa menanggung romantika, dinamika permasalah keluarga dalam bingkai kehalalan dan ibadah, adalah jauh lebih terhormat dibanding memperpanjang masa maksiat. Sementara diri, tak kunjung memperbaiki kualitasnya.

Tentu, kita sedang tidak menggeneralisir. Karena di luar sana, di negeri ini, banyak pula mal praktik nikah muda. Yakni mereka yang tak berilmu, kemudian nekat menjalankan ibadah itu. Karena banyak faktor;mengejar mahar yang banyak dari mempelai laki-laki, kecelakaan karena terlalu lama pacaran sehingga sudah mengandung ketika pesta pernikahan itu dilaksanakan dengan meriah, bertabur lagu oplosan di sepanjang peristiwa sakral itu. Dan, aneka perbuatan maksiat lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

INFO

SAYA MEMBUAT BLOG INI UNTUK MENAMBAH WAWASAN DAN ILMU PENGHETAHUAN TENTANG ISLAM . BAHWA ILMU INI SANGATLAH PENTING UNTUK KALIAN SEMUA DENGAN ILMU INI KALIAN AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Followers

Popular Posts

MAKNA ALLAH SWT

Makna ”Allah SWT”:
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa makna ”Allah SWT” adalah: Allah (Tuhan) yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Sebenarnya, SWT (Subhanahu wa Ta’ala) bukan satu-satunya lafaz yang disertakan oleh ummat Islam setelah lafaz ”Allah”. Masih banyak lagi lafaz-lafaz lain, antara lain:
- ’Azza wa Jalla => Allah ’Azza wa Jalla
- Jalla Jalaluh => Allah Jalla Jalaluh
- Tabaroka wa Ta’ala => Allah Tabaroka wa Ta’ala

Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.

Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam.