Minggu, 29 Januari 2017


Asma' binti Abu Bakar Dia adalah Ummu Abdullah Al Qurasyiyyah At-Taimiyyah Al Makkiyyah, Al Madaniyyah.


Dia ibunda Khalifah Abdullah bin Az-Zubair. Dia saudara Ummul Mukminin Aisyah, dan dialah muhajirat yang terakhir meninggal dunia.

Dia meriwayatkan banyak hadits, usianya panjang, dan dikenal dengan gelar Dzatun-Nithaqain.

Umur Asma` lebih muda 10 tahun dari Aisyah. Ketika hijrah dia dalam keadaan mengandung Abdullah. Ada yang mengatakan bahwa giginya belum pernah ada yang rontok. 

Dia ikut menyaksikan perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair. 

Dia, ayahnya, kakeknya, dan anaknya (Ibnu Az-Zubair) adalah sahabat Nabi SAW. 
Asma` berkata: Rasulullah SAW bersabda, 

“Sesungguhnya aku menanti di atas telaga (al haudh) sambil melihat siapa di antara kalian yang datang meminta air dariku.”

Diriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Aku pernah mempersiapkan bekal untuk Nabi SAW ketika beliau hendak hijrah, namun ketika itu aku tidak menemukan apa pun yang bisa digunakan untuk mengikat perbekalannya. Aku pun berkata kepada Ayahku (Abu Bakar), ‘Aku tidak menemukan tali kecuali jilbabku ini’. Ayahku berkata, ‘Robeklah jadi dua lalu gunakan untuk mengikat!’ Oleh karena itu, Asma` dijuluki Dzatun-Nithaqaini (pemilik dua jilbab).”

Diriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Ketika Nabi SAW meninggalkan Makkah bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak 5000 atau 6000. Lalu kakekku, Abu Quhafah, yang buta, mendatangiku seraya berkata, ‘Sesungguhnya dia tidak meninggalkan harta apa-apa untukmu’. Aku menjawab, ‘Tidak, beliau telah meninggalkan banyak uang untuk kita’. Setelah itu aku mengambil bebatuan, lalu aku meletakkannya ke dalam peti rumah, lantas aku menutupinya dengan kain. Kemudian aku letakkan tangannya di atas kain itu seraya berkata, ‘Ini yang ditinggalkan untuk kita’. Dia berkata, ‘Jika dia meninggalkan itu untukmu, maka itu sangat baik’.”

Urwah meriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Az-Zubair menikahiku saat dia tidak memiliki apa-apa kecuali kuda. Aku kemudian melayaninya, memberinya makan, menumbuki makanannya, mencarikan air, dan membuatkan bubur. Aku membawa gandum yang dipanen dari tanah Az-Zubair yang telah diberikan Rasulullah SAW, di atas kepalaku sebanyak dua pertiga farsakh. Suatu hari aku datang dengan membawa gandum itu di atas kepalaku, lalu aku bertemu Rasulullah SAW saat sedang bersama yang lain. Beliau kemudian memanggilku dan berkata, ‘Kemari, kemari!’ Aku pun malu, lalu menyebut nama Az-Zubair dan rasa malunya.”

Asma‘ berkata, “Semua telah berlalu. Ketika aku datang, aku menceritakan peristiwa itu kepada Az-Zubair, maka dia berkata, ‘Demi Allah, kamu membawa gandum di atas kepala itu, lebih memalukan diriku daripada kamu naik unta bersamanya’. Setelah itu Abu Bakar mengirim seorang pembantu kepadaku, dan dialah yang menggantiku mengambil gandum tersebut, sehingga terasa seakan-akan dia telah memerdekakan diriku.”

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Asma` berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Ibuku datang, sedangkan dia dalam keadaan senang, apakah aku boleh menemuinya?” Beliau menjawab, “Ya, temuilah ibumu!”

Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, bahwa ketika Az-Zubair menceraikan Asma, Urwah mengambilnya, padahal pada saat itu dia masih kecil.

Diriwayatkan dari Al Qasim bin Muhammad, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Az-Zubair berkata, “Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik daripada Aisyah dan Asma`. Keberadaan mereka berbeda; Aisyah mengumpulkan sesuatu , dan ketika telah mengumpulkannya dia meletakkannya di tempatnya. Sedangkan Asma` tidak pernah menyisakan sesuatu untuk besok.”

Diriwayatkan dari Manshur bin Shafiyyah, dari ibunya, dia berkata: Suatu ketika seseorang berkata kepada Ibnu Umar, “Asma` sedang berada di sisi masjid —yaitu ketika Ibnu Az-Zubair disalib— lalu dia merasa iba kepadanya, dia berkata, ‘Sesungguhnya raga ini tidak ada apa-apanya di sisi Allah, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah’.”

Asma‘ berkata, “Tidak ada yang menghalangiku, karena kepala Yahya bin Zakaria telah dihadiahkan kepada orang-orang bani Israil yang kejam.”

Ibnu Sa’ad berkata, “Dia meninggal semalam setelah anak laki-lakinya yang baru berusia 17 tahun terbunuh, pada bulan Jumadil Ula tahun 73 Hijriyah.”

Menurut aku, dia penutup kaum Muhajirin dan Muhajirat.

Diriwayatkan dari Abu Ash-Shiddiq An-Naji, bahwa suatu ketika Al Hajjaj datang menemui Asma` dan berkata, “Putramu telah menjadi kafir di rumah ini dan Allah telah mengadzabnya dengan adzab yang pedih.” Mendengar itu, Asma` menjawab, “Kamu bohong! Dia sangat berbakti kepada ibunya, selalu berpuasa, dan bangun malam. Memang Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kami akan keluar dari Tsaqif dua orang pembohong, dan yang terakhir dari mereka lebih berbahaya dari yang pertama, yaitu Mubir.” 

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

INFO

SAYA MEMBUAT BLOG INI UNTUK MENAMBAH WAWASAN DAN ILMU PENGHETAHUAN TENTANG ISLAM . BAHWA ILMU INI SANGATLAH PENTING UNTUK KALIAN SEMUA DENGAN ILMU INI KALIAN AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Followers

Popular Posts

MAKNA ALLAH SWT

Makna ”Allah SWT”:
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa makna ”Allah SWT” adalah: Allah (Tuhan) yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Sebenarnya, SWT (Subhanahu wa Ta’ala) bukan satu-satunya lafaz yang disertakan oleh ummat Islam setelah lafaz ”Allah”. Masih banyak lagi lafaz-lafaz lain, antara lain:
- ’Azza wa Jalla => Allah ’Azza wa Jalla
- Jalla Jalaluh => Allah Jalla Jalaluh
- Tabaroka wa Ta’ala => Allah Tabaroka wa Ta’ala

Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.

Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam.