Minggu, 29 Januari 2017



Dikatakan, yang dimaksud dengan puasa adalah mengalahkan musuh-musuh Allah SWT, karena sesungguhnya setan menggoda manusia dengan melalui syahwat dan kekuatan syahwat berasal dari makan dan minum. Jadi seseorang tidak bisa mengalahkan musuh Allah dan memecahkan syahwat kecuali dengan menundukkan nafsu dengan cara menyedikitkan makan, oleh karena itu diceritakan asal mula diperintahkan puasa adalah Allah menciptakan akal. kemudian Allah bersabda kepada akal," menghadaplah kepadaku" maka akal menghadap kepada Allah, kemudian Allah bersabda," berpalinglah dariku" maka akalpun berpaling dariNYA, kemudian Akal ditanya, "Siapakah kamu dan siapakah Aku?", Akalpun menjawab," engkau adalah tuhanku dan aku hanyalah hambamu yang lemah". Kemudian Allah bersabda," wahai akal, aku tidak menciptakan sesuatu yang lebih mulia dari pada dirimu".

tak lama kemudian Allah menciptakan nafsu, dan Allah bersabda kepadanya, " menghadaplah kepadaku!". Dan nafsu tidak menghadap kepada Allah, kemudian ia ditanya, " siapakah kamu dan siapakah aku?". nafsupun menjawab," Aku adalah aku dan engkau adalah engkau". kemudian Allah menyiksanya di neraka selama 100 tahun kemudian Allah mengeluarkannya dan Allah bertanya," siapakah kamu dan siapakah aku?" dan nafsupun menjawab seperti jawaban yang pertama. kemudian Allah menyiksanyya di neraka kelaparan selama 100 tahun, dan setelah dikeluarkan ia baru mengakui bahwa Allah adalah tuhannya dan ia hanya hambanya. itulah sebabnya Allah SWT menetapkan puasa bagi hambanya.

Diceritakan bahwasnya hikmah melakukan puasa selama 30 hari adalah bahwa Nabi Adam AS tatkala berada disurga dan memakan buah khuldi, buah khuldi tetap berada di tenggorokan beliau selama 30 hari, kemudian beliau taubat kepada Allah dan diperintahkan puasa selama 30 hari, karena sesungguhnya kenikmatan dunia ada empat, yaitu makanan, minuman, berhubungan badan, dan tidur, kesemuanya merupakan penghalang bagi manusia dari mengingat Allah. oleh karena itu di wajibkan bagi umat Nabi Muhammad untuk puasa di siang hari dan diperbolehkan makan di malam hari dan itu merupakan anugerah dan kemuliaan bagi kita. 

Ada seorang majusi melihat putranya makan dipasar di bulan Ramadhan dan kemudian ia memukulnya dan berkata," mengapa engkau tidak menghormati orang-orang muslim di bulan Romadhan?". beberapa waktu kemudian majusi tersebut meninggal, dan salah seorang yang alim bermimpi dalam tidurnya, dan ia melihat majusi tersebut berada di ranjang yang indah disurga, dan alim tersebut bertanya kepada sang majusi," bukankah engkau seorang majusi?". Majusi menjawab,"iya, akan tetapi ketika aku dekat dengan waktu kematianku, aku mendengar suara di dekatku yang berbunyi " wahai malaikatku, janganlah engkau meninggalkan hambaku yang majusi ini! dan muliakanlah ia dengan islam sebab ia telah menghormati bulan Romadhan!" ini merupakan pertanda bahwa sang majusi ketika menghormati bulan Romadhan maka ia menemukan keimanannya. bagaimanakah kita yang puasa Romadhan dan memuliakan bulan Romadhan???

Semoga penjelasan KISAH ASAL MULA KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

INFO

SAYA MEMBUAT BLOG INI UNTUK MENAMBAH WAWASAN DAN ILMU PENGHETAHUAN TENTANG ISLAM . BAHWA ILMU INI SANGATLAH PENTING UNTUK KALIAN SEMUA DENGAN ILMU INI KALIAN AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Followers

Popular Posts

MAKNA ALLAH SWT

Makna ”Allah SWT”:
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa makna ”Allah SWT” adalah: Allah (Tuhan) yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Sebenarnya, SWT (Subhanahu wa Ta’ala) bukan satu-satunya lafaz yang disertakan oleh ummat Islam setelah lafaz ”Allah”. Masih banyak lagi lafaz-lafaz lain, antara lain:
- ’Azza wa Jalla => Allah ’Azza wa Jalla
- Jalla Jalaluh => Allah Jalla Jalaluh
- Tabaroka wa Ta’ala => Allah Tabaroka wa Ta’ala

Semua lafaz tersebut adalah sifat-sifat kemuliaan dan keagungan Allah SWT.

Perlu diperhatikan, meski pun secara bahasa lafaz ”Allah” berarti ”Tuhan”, sebagai seorang muslim kita harus tetap meyakini bahwa ”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.

Wallahu a’lam.