Senin, 30 Januari 2017
- 19.23
- Unknown
- Sejarah Islam
- No comments
Khalifah Umar mengangkat Sa'ad bin Malik az-Zuhri (lebih dikenal dengan nama Sa'ad bin Abi Waqqash) sebagai pemimpin pasukan menaklukan Syam.
Khalifah Umar berwasiat kepada Sa'ad dan berkata,
“Janganlah engkau merasa bangga dengan kedudukanmu sebagai keponakan Rasulullah dan sekaligus sebagai sahabatnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menghapus kejelekan dengan kejelekan, tetapi Dia akan menghapus kejelekan dengan kebaikan. Sesungguhnya tidak ada manfaatnya berbangga dengan keturunan di sisi Allah kecuali dengan kepatuhan yang tulus kepadaNya.”
“Seluruh manusia baik yang berasal dari keturunan mulia maupun dari keturunan yang hina hakikatnya adalah sama dalam pandangan Allah. Mereka semua adalah Hamba Allah dan Allah Rabb (Pencipta dan Pengatur) mereka. Tingkat mereka akan berbeda-beda sesuai dengan kemaafan yang diberikan Allah padanya dan sedikit banyaknya ketaatan mereka kepada Allah.”
“Lihatlah seluruh perkara yang telah diperbuat (sunnah) Rasulullah sejak dia diutus hingga berpisah dengan kita, kemudian ikuti jejaknya karena sesungguhnya itulah kebaikan yang hakiki. Inilah nasihatku padamu dan jika engkau menolaknya dan membencinya maka amalanmu akan gugur sia-sia dan engkau akan menjadi orang yang merugi.”
Ketika melepas kepergiannya Umar berkata,
“Engkau akan menghadapi suatu perkara yang sangat berat. Maka bersabarlah terhadap apapun yang menimpamu maka akan terkumpul dalam dirimu rasa takut kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya takut (khasyah) kepada Allah akan dapat melekat dengan dua perkara; yaitu dengan mentaatiNya dan menjauhi segala yang dilarangNya. Sesungguhnya barangsiapa yang dapat selalu patuh dan tunduk kepadaNya adalah orang-orang yang membenci dunia dan mencintai akhirat. Sebaliknya orang-orang yang bermaksiat melanggar perintahnya adalah orang-orang yang mencintai dunia dan membenci akhirat.”
“Sesungguhnya hati itu diciptakan Allah memiliki hakikat, ada yang bersifat rahasia dan ada yang bersifat terang-terangan. Adapun hakikat hati yang terang-terangan yaitu jika dia merasa bahwa orang yang memujinya dan menghinanya sama saja tidak dapat mempengaruhi dirinya dalam berbuat kebaikan …”
Khalifah Umar berpesan, “Janganlah kamu merasa gentar melihat banyaknya jumlah musuh dengan perlengkapannya yang sempurna. Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang banyak tipu muslihatnya. Jika kalian bersabar dan berbuat yang benar dengan niat yang tulus untuk menjalankan amanah ini, aku berharap besar kalianlah yang akan keluar sebagai pemenang. Setelah itu tidak akan mungkin lagi kembali kekuatan mereka selama-lamanya, kecuali kembali bersatu walaupun sebenarnya hati mereka bercerai berai. Jika ternyata kondisi berbalik maka mundurlah ke arah bebatuan sebab kalian lebih berani dan terbiasa dengan medan seperti itu. Sementara mereka lebih penakut dan tidak mengenal medan, hingga Allah akan memberikan kemenangan kepada kalian dan akan mengembalikan kemenangan setelah kalian mundur terdesak.”
Khutbah khalifah Umar
Kemudian Umar berdiri berpidato di hadapan khalayak dan berkata,
“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada kalian contoh permisalan dan memberikan kepada kalian firmanNya agar hati menjadi hidup. Sesungguhnya asal hati itu adalah mati hingga Allah menghidupkannya. Maka barangsiapa yang mengetahui sesuatu hendaklah mengambil manfaat darinya. Sesungguhnya al-'adalah (keadilan) itu memiliki tanda-tanda dan sikap. Adapun tanda-tandanya yaitu sifat malu, dermawan, mudah dalam bergaul dan lemah-lembut, adapun dalam bentuk sikap yaitu selalu bersikap rahmat terhadap makhluk.”
“Allah telah menjadikan segala sesuatu itu memiliki pintu, dan Allah mudahkan pintu-pintu itu dibuka dengan kunci-kunci. Pintu keadilan adalah banyak mengambil i'tibar, dan kuncinya adalah zuhud. Adapun i'tibar akan didapat dengan mengingat kematian dan mempersiapkan diri menyambutnya dengan amal. Sedangkan zuhud yaitu mengambil kebenaran dari semua orang yang membawanya, dan menyampaikan hak kepada pemiliknya dan mencukupkan diri dengan apa-apa yang ada pada dirinya. Jika tetap merasa tidak cukup dengan apa yang ada pada dirinya maka dia tidak akan pernah merasa kaya selamanya.”
“Sesunggunya antara kalian dan Allah ada diriku, sementara tidak seorangpun antara aku dan Allah. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas diriku menahan orang untuk meminta haknya. Oleh karena itu laporkan segala kezhaliman kepadaku pasti akan aku selesaikan dan aku rebut hak darinya untuk keberikan kepada pemiliknya.”
Maka Sa'ad berangkat dengan membawa 4000 pasukan, menghadapi 120.000 pasukan Persia yang dipimpin panglima Rustum. Khalifah Umar mengiringi pasukan Sa'ad dari Shirar hingga al-A'wash (suatu tempat di arah menuju jalan ke Irak, tempat ini adalah sebuah lembah yang merupakan tempat mengalirnya air ketika hujan dari arah Utara, di sinilah berkumpulnya air Madinah sekarang jika hujan).
Sejarah kemudian mencatat suatu peperangan legendaris 'Perang Qadisiyah' dimana akhirnya tentara Persia yang berlipat ganda jumlahnya mengalami kekalahan yang telak.
__
*sumber: al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir
(Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah seorang diantara sepuluh sahabat yang mendapat kabar gembira masuk surga. Beliau dijuluki 'Singa yang mencengkram dengan kukunya'. Beliau adalah orang pertama yang melontarkan panah dalam perang di jalan Allah dan sebagai orang yang ke empat mendapat hidayah merasakan indahnya Islam melalui dakwah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu ketika umurnya 17 tahun.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar